Postingan

Tips Menulis dari Sapardi

Sapardi Djoko Damono selalu memikat banyak orang dengan karya-karyanya.  Ia melahirkan puisi-puisi dengan bahasa sederhana tetapi magis.  Satu tahun lalu, dalam Pesta Literasi Jakarta 2013, sastrawan ini membagikan langkah-langkahnya dalam menulis. Dalam menulis, Sapardi menyarankan untuk jangan terlalu banyak berpikir.  Jeda waktu terlalu panjang untuk berpikir sama saja dengan menunda menulis.  Hal lain yang perlu dihindari adalah perasaan takut atau minder.  Silakan baca juga: Tiga Cara untuk Mengawali Novel Anda Perasaan takut akan membawa kita pada hilangnya keinginan untuk menulis. Sapardi tidak pernah menentukan akhir cerita ketika mulai menulis.  Hal tersebut ditemukan ketika proses menulis berlangsung.  Cerita akan mengalir dengan sendirinya.  Sapardi menekankan, ketika menulis yang berkuasa adalah tulisan itu sendiri. Bukan si penulis. Sastrawan ini juga tak selalu langsung menyelesaikan tulisannya dalam satu periode waktu tertentu.  Ia memiliki banyak tulisan ya

Tiga Cara untuk Menulis Awalan Novel Anda

Oleh: Diane O’Connell Ketika pertama kali membuka novel baru, ada banyak kejutan dalam kalimat pertama. Saya tahu ini sedikit ekstrem, tapi bukankah sebuah kalimat pembuka yang menarik dan menggairahkan akan membuat Anda segera masuk ke dalam cerita novel daripada hanya satu kalimat yang biasa-biasa saja? Sebuah kalimat pertama yang kuat dan menarik bukan hanya menuntun pembaca ke novel Anda, namun juga menjadi petunjuk kepada keseluruhan tema cerita, eksplorasi dan proses terus menerus. Berikut ini adalah 3 cara untuk mengawali novel Anda: 1. Kejutan "Hari ini nenekku meledak!" Iain M. Banks, The Crowd Road. Apakah Anda baru saja bertanya, "Apa, Meledak?" Sebuah pembuka yang mengejutkan membuat pembaca berhenti sejenak, bahkan perhatiannya jadi kacau. Cara yang dramatis membuat cerita dalam novel Anda lebih hidup. Biasanya, kalimat pembuka yang terbaik adalah yang singkat, mengejutkan, atau mengandung frase yang membingungkan pembaca se

Menulis Ilmiah Populer

Bagaimana membuat tulisan ilmiah populer? Itulah pertanyaan yang ingin dijawab dari pertemuan kali ini. Berikut ini adalah catatan saya saat mengikuti kegiatan pertemuan penyusunan 'Buku Data Bencana Tahun 2013' pada tanggal 21 April 2014 kemarin. Catatan ini berdasarkan paparan dari Ahmad Arif, beliau adalah jurnalis Kompas yang diundang oleh Pusdatinmas, BNPB, untuk memberikan pemahaman mengenai tulisan ilmiah populer. Silakan disimak poin-poin berikut, semoga bermanfaat. Sebelumnya silakan dibaca juga: Menulis Diawali dari Niat Suatu karya tulis hendaknya disajikan dalam bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti Tulisan populer ditujukan untuk semua kalangan, kaya data, dan enak dibaca Harus ada aspek manusia dalam sebuah tulisan populer Struktur tulisan populer: mulai dari informasi terkuat/terpenting → sembunyikan bagian terlemah → buat ending yang terkuat (akurat berdasarkan fakta-fakta) Tips dalam menulis populer: gunakan kalimat sederhana, hindari istilah asing, jargon

Menulis Diawali dari Niat

 Saat menulis, maka dapat diawali dari memiliki niat yang sangat kuat. Bila lama tak menulis, maka pikiran berselirat .  Laksana akar pohon yang jalin menjalin di antara sulur yang satu dengan yang lain terjadi semakin rumit.  Nah, pikiran saya seperti itu. Bila lama tak menulis, maka kelindan pikiran itu kian hari makin rumit. Seperti benang ruwet yang menunggu untuk diurai. Mengurai benang perlu sabar, harus dicari ujung pangkalnya agar bisa ditelusuri di bagian mana yang mulai kusut. Pikiran tak bisa dilacak di mana ujung pangkalnya. Baca juga: Menulis dengan Diagram Kreatif Pram Saya baca di NGI satu buah ingatan akan memicu serombongan saraf-saraf di otak bereaksi. Seperti halnya listrik yang mengantarkan setrum. Hal ini yang membikin sulit mencari di mana ujung pangkal pikiran yang bersemayam di otak itu. Agar pikiran tak berselirat seperti akar yang berkelindan menopang pohon. Saya perlu merumuskan banyak hal. Namun, sejatinya saya hanya perlu menulis. S

Menulis dengan Diagram Kreatif Pram

Para penulis seringkali kebingungan bagaimana menghasilkan tulisan yang baik. Di tulisan ini, kita akan belajar dari Pramoedya Ananta Toer terutama mengenai diagram menulis kreatif. Dalam menulis, Pram menemukan apa yang disebutnya diagram menulis kreatif. Di dalamnya terdapat unsur gunung, kuil, dan matahari. Baca juga: Menulis adalah Sebuah Anugerah Gunung merupakan lambang ketekunan, dikatakan Pram, sebagai pesangon yang diwakili puncak-puncaknya. Kuil menyimbolkan ilmu, pengetahuan, kearifan, serta kebijakan. Matahari Sementara matahari mewakili sang pribadi dengan integritasnya. Kata Pram, "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." Dirangkum dari 'Klasika' di harian Kompas

Menulis adalah Sebuah Anugerah

Marcia Preston sedang asyik menulis saat cucunya, Jessica, yang berumur tiga tahun mengganggunya. Menulis adalah pekerjaan Marcia. Ia bisa berada di ruang kerjanya dan tak mengizinkan siapa pun datang mengganggu. Namun, khusus untuk Jessica ia tak bisa menolak kehadiran malaikat kecil itu. Si mungil yang tinggal jauh darinya itu, memberikan kebahagiaan, merampasnya dari dunia ilusi yang dibangunnya perlahan-lahan. Ia tak menyesal karena itu. Marcia paham, betapa hal-hal yang paling dicintai selalu meminta pengorbanan. Cokelat penuh dengan lemak dan kalori. Teknologi membuat hidup lebih mudah tapi sekaligus memperumitnya. Bahkan sukacita murni kerja fisik pun dinodai oleh keletihan dan rasa sakit. Ia selalu tidak sabar untuk menunggu kunjungan cucu perempuan dan keluarganya, namun pada saat yang sama ia harus bangun tengah malam untuk menyelesaikan tulisannya. Baca juga: Menulis adalah Usaha Setiap Hari Bagi Marcia, menulis adalah anugerah mendua. Kita, yang kecanduan menulis, kata dia,

Menulis adalah Usaha Setiap Hari

 Menulis adalah usaha setiap hari. Meskipun saat tidak ingin melakukannya, menulislah. Meskipun sudah banyak yang dituliskan, menulislah. Semua Sudah Dituliskan? Irving Wallace pernah mendengar seorang profesor berkata kepada seorang penulis pemula, “Semua sudah pernah ditulis, dan ditulis dengan lebih baik daripada kamu bisa melakukannya. Jika kamu berniat menulis tentang cinta, tragedi, petualangan...lupakan saja, karena semua itu sudah dilakukan oleh Shakespeare, Dickens, Tolstoy, Flaubert, dan lainnya. Kecuali jika kamu mempunyai sesuatu yang benar-benar baru untuk dikatakan, jangan menjadi seorang penulis. Pelajarilah akuntansi.” Belum Semuanya Dituliskan Baca juga: Menulis adalah Latihan Tanpa Henti Kata-kata tersebut menurut Wallace adalah begitu konyol dan benar-benar bodoh. Semuanya belum dikatakan, dan takkan pernah dikatakan. Emosi manusia mungkin selalu sama, tapi di bumi ini tidak pernah ada seorang pun sebelum dirimu yang persis sepertimu dan