Cara Membangun Hubungan dengan Menulis

Membangun hubungan dengan menulis dapat dilakukan ketika kita memahami apa yang orang lain rasakan. Sebab, tidak semua orang memiliki kata-kata yang tepat untuk menyampaikan apa yang ingin disampaikannya.

Agar Anda mendapatkan penjelasan secara utuh maksud saya untuk membangun hubungan dengan menulis, maka silakan disimak cerita yang saya dapatkan dari Blog: smartblogger berikut ini:

Awal Mula Hubungan: Konflik

Beberapa hari yang lalu, setelah berlatih di gym, kemudian saya pergi untuk makan malam. Di sana saya menghabiskan tiga potong roti.  

Setelah itu, saya diliputi keinginan untuk melukai seseorang. Maksud saya membuat hidungnya berdarah, membuat lebam matanya, dan menendang bagian selangkangannya.  

Apakah kamu pernah merasakan hal itu?  

Tiba-tiba kamu begitu marah tanpa alasan yang jelas.  

Saya memutuskan, bahwa ini akan menjadi satu hal yang seru untuk memukul kepala seorang anak muda yang duduk tidak jauh dari tempat saya.  

Kemudian kesadaran itu datang  

Tiba-tiba saya menyadari bahwa ketika saya memukul dia, maka anak muda itu akan memukul balik.  

Saya membenci bagian itu, ketika mereka akan memukul balik.  

Saya ingin memukul banyak orang jika orang tersebut tidak akan menyerang balik.  

Setelah itu keinginan untuk melukai orang lain tidak ada lagi di sana. Saya bahkan memberikan salam bersahabat kepada anak muda itu, tips kepada pelayan, dan meninggalkan restoran tanpa melukai seorang pun.  

Apa sebenarnya hal itu? Saya pun tidak tahu dan tidak memiliki petunjuk kenapa rasa marah itu tiba-tiba datang dan terjadi pada saya.  

Saya juga tidak memiliki ide kenapa saya menulis hal ini.  

Jadi saya akan berhenti dan menuliskan hal lain.  

Namun, sebenarnya inilah yang terjadi.  

Kebanyakan mereka yang bekerja adalah laki-laki dan kebanyakan pria memiliki suplai yang cukup berlebih dari hormon testosteron dan akan terhubung dengan keinginan yang datang tiba-tiba untuk melompat dan memulai sebuah pertarungan tanpa alasan yang jelas.  

Syukurlah kebanyakan pria mengubah pemikirannya, seperti yang dilakukan teman saya di atas.  

Namun, rasa marah itu tidak juga pergi. Lebih buruk lagi kebanyakan pria tidak memiliki keterampilan untuk menyampaikan apa yang mereka rasakan.  

Jadi apa yang akan terjadi jika sosok itu menyampaikan cerita yang mendeskripsikan secara tepat apa yang dirasakan dan kemudian menuliskannya dalam kata-kata secara lebih baik daripada yang para pria lakukan?  

Upaya itu membuat para pria tersebut merasa dipahami 

Lebih jauh lagi, saya kira gairah para audiens muncul manakala seorang penulis memahami sudut pandang mereka dan mampu mengomunikasikan secara lebih baik daripada mereka.  

Tidak penting apakah dia seorang bos, ibu rumah tangga, aktivis politik, dan lainnya. Namun, jika kamu mampu mengomunikasikan hal-hal yang tidak mampu mereka sampaikan, maka kamu telah memiliki mereka selamanya.  

Jadi, coba tanyakan pada dirimu sendiri, pengalaman apa yang pernah terjadi padamu dan para pembaca, tetapi tidak mampu disampaikan dengan kata-kata.  

Buat daftar dan poin yang kemudian dapat kamu ceritakan kepada mereka untuk menciptakan suatu hubungan dengan para pembaca.  

Sumber: https://smartblogger.com/pointless-stories/ 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis untuk Memancarkan Pesan

Menulis adalah Latihan Tanpa Henti

Menulis Menyampaikan Suara Sang Penyair