Cara Mengatasi Writer Block untuk Penulis

Bagi penulis, writer block telah menjadi momok yang menakutkan. Pertanyaannya Bagaimana cara mengatasi writer block?

Namun, sebelum kita beranjak kepada cara mengatasi writer block, perlu kita ketahui terlebih dahulu, bagaimaan writer block ini terjadi.

Bagaimana writer block terjadi?

Menurut Seth Godin, seorang guru di internet dan pakar marketing. Writer's block terjadi karena beberapa sebab berikut ini.

Orang yang mengalami writer's block tidak memiliki persoalan pada keterampilannya untuk menulis. Bahkan mungkin dia memiliki kemampuan menulis yang sangat bagus.

Persoalan yang mereka hadapi adalah khawatir untuk hidup dan menghasilkan tulisan yang buruk dan tulisan yang tidak sempurna. Mereka juga khawatir bahwa tulisannya itu nantinya akan menguak sesuatu yang rahasia dan dikhawatirkan akan terbuka.

Misalnya mereka khawatir akan membuka rahasia lama yang sudah rapi disimpan, khawatir terlihat kelemahan dan kekurangannya, terlihat bodoh, terlihat melakukan kesalahan, dan lainnya.

Lalu bagaimana cara mengatasi writer block?

Ternyata cara terbaik untuk menghadapi hal itu adalah bukan menunggu menjadi sempurna.

Sebab, jika hanya menunggu, maka Anda tak akan pernah sampai ke tempat tujuan Anda, yaitu misalnya menjadi penulis.

Rupanya cara terbaik untuk mengatasi hal itu adalah dengan menulis dan menyadari bahwa tulisan yang buruk bukanlah suatu kegagalan.

Kegagalan dalam hidup pasti dialami semua orang. Kelemahan Anda pun bisa jadi terjadi di setiap kita. Kemudian semua yang pintar awal mulanya bodoh, sehingga tak masalah terlihat bodoh.

Dengan menyadari hal ini, maka mungkin kita akan lebih berani untuk berekspresi dalam tulisan. Dengan mengetahui berbagai kelemahan, mungkin kita bahkan bisa mengubahnya menjadi pelajaran atau lessons learned yang akan bermanfaat untuk orang lain.

Menulis seperti semua keterampilan lainnya. Kita meningkatkan keterampilan ini dengan lebih banyak berlatih, terus berlatih, dan mendengarkan saran orang lain.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis untuk Memancarkan Pesan

Banyak sekali tujuan menulis, tetapi di antaranya adalah untuk memancarkan pesan kepada manusia lainnya. Pesan itulah yang menyebabkan kita terhubung dengan pengarang dan menyukai suatu tulisan. Pesan yang Terpancar “Apa pun yang kalian tulis akan terpancar pesannya.” Kata-kata itu didengar pertama kali oleh Elizabeth Engstrom dari Theodore Sturgeon. Theodore sendiri adalah seorang penulis besar yang merupakan seorang pakar fiksi ilmiah. Satu hari ia datang ke kota tempat Elizabeth tinggal untuk memberikan lokakarya. Sebelumnya Elizabeth sendiri telah menulis. Namun, semua yang ditulisnya terasa angkuh, fanatik, atau berprasangka. Ia merasa karya fiksi ciptaannya tak bagus dan pesannya tak sampai untuk umat manusia. Pertanyaan Elizabeth Baca juga: Menulis adalah Memberi Kata yang Tepat Dalam lokakarya itu, Elizabeth berencana akan mengajukan sebuah pertanyaan kepada Theodore, “Apa yang Anda lakukan ketika Anda ingin berkhotbah?” Hal ini merasa perlu ditanyakan oleh Elizabeth karena ia
Baca selengkapnya

Menulis adalah Latihan Tanpa Henti

Mari kita belajar kepada seorang penulis bernama Dan Millman yang mengatakan perlunya seorang penulis untuk menulis terus menerus tanpa henti. Francis Bacon menulis, “Kita mendaki tinggi sekali dengan sebuah tangga melingkar.” Sementara itu, Issac Bashevis  menulis, “Hidup adalah novel Tuhan, biarkanlah Tuhan yang menulisnya.” Memang, siapa yang bisa menebak liku-liku jalan yang mungkin ditempuh hidup kita? Yang bisa kita lakukan sebagai penulis adalah mencoba, mengerahkan usaha, menabur benih, dan menuai panen apa pun yang diberikan dengan penuh suka cita dan syukur. Di SMA dan perguruan tinggi, Dan Millman lebih dikenal sebagai seorang atlet daripada seorang penulis. Bakatnya terpendam, sampai kemudian ia menyadari, bahwa ia menyukai menulis. Baginya, ada sesuatu yang menarik saat ia memahat kata-kata—menambang permata dari alam bawah sadar yang kreatif—yang membuat waktu seakan terbang. Latihan Tanpa Henti Baca juga: Cara Mencapai Keajaiban Menulis Senjata Dan
Baca selengkapnya

Menulis Menyampaikan Suara Sang Penyair

Saya percaya, bahwa manusia tak hanya akan bertahan: ia akan menang. Manusia adalah makhluk abadi, bukan karena hanya ia satu-satunya di antara berbagai makhluk yang mempunyai suara yang tak bisa habis, tapi karena ia mempunyai jiwa, roh yang mampu berbela rasa, berkorban dan bertahan. Tugas sang penyair, penulis, adalah menulis tentang hal-hal ini. Silakan baca juga:  Inilah Alasan Terry McMillan Menulis Ia mempunyai hak istimewa untuk membantu manusia bertahan dengan meringankan hatinya, dengan mengingatkannya kepada keberanian dan kehormatan dan harapan dan kebanggaan dan bela rasa dan belas kasihan dan pengorbanan yang merupakan kemuliaan masa lalunya. Suara sang penyair tak perlu hanya menjadi catatan manusia, tapi suara ini bisa menjadi salah satu penyangga, pilar untuk membantunya bertahan dan menang. ~William Faulkner~ Kutipan pidato penerimaan Hadiah Nobel dalam bidang sastra, 10 Desember 1950, Stockholm, Swedia. Kutipan dari ‘Chicken Soup for the
Baca selengkapnya