Cara untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis

Semua orang bisa menulis, tetapi tidak semuanya merelakan tulisannya untuk dibaca oleh orang lain.

Meskipun banyak orang mengetahui arti penting menulis, tetap saja kegiatan ini menyulitkan.

Tulisan ini adalah rangkuman dari buku dengan judul 'Meningkatkan Kemampuan Menulis' karya Kaswan Darmadi, Semoga bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan menulis Anda.

Alasan Seseorang Menulis

Kenapa seseorang menulis?

  1. Menulis menjadi sarana untuk menemukan sesuatu. Sebab, dengan menulis dapat merangsang pemikiran seseorang untuk menemukan ide.
  2. Menulis mampu memunculkan ide baru. Menulis membantu menemukan hubungan antara ide satu dengan yang lain dan keterkaitannya.
  3. Menulis membantu mengorganisasi dan menjernihkan konsep atau ide yang kita miliki. Sangat berguna untuk memperjelas dan membuat masuk akal berbagai konsep dan persoalan yang rumit.
  4. Menulis melatih sikap obyektif. Hal ini terjadi, karena menulis membantu kita untuk mengambil jarak dan mengevaluasi suatu ide.
  5. Menulis membantu kita untuk menyerap dan memproses suatu informasi. Dengan menulis, kita dapat belajar suatu topik dengan lebih baik, mempertajam, dan memproses informasi dengan lebih baik.
  6. Menulis memungkinkan kita untuk berlatih memecahkan masalah sekaligus. Sebab, terkadang kita dapat menemukan ide lain atau isu lain saat sedang menyusun tulisan.
  7. Menulis menyebabkan kita menjadi aktif dan tidak hanya pasif menerima informasi. Ini seperti aktif mendengar, menulis memicu kita untuk aktif membaca.

Alasan lain menulis di antaranya: 

  1. Mengembangkan proposal
  2. Membuat satu kisah
  3. Membuat pidato atau opini di media
  4. Pelaporan

Mitos, Kebiasaan, dan Problematika Menulis

Mitos menulis adalah hal-hal yang menghambat seseorang untuk menulis. Mitos tersebut di antaranya adalah:

  1. Inspirasi - seseorang harus menunggu inspirasi sebelum mulai menulis.
  2. Kaidah - seseorang harus mengikuti kaidah menulis yang baik dan benar.

Kebiasaan penulis:

  1. Membuat rencana kerja sebelum menulis, secara fleksibel.
  2. Tidak bergantung pada inspirasi, baik suka atau tidak tetap menulis.
  3. Punya satu atau lebih pola pikir, karena sering menulis.
  4. Menulis di tempat yang khusus, seperti artis saat akan tampil.
  5. Pengamat-pengamat yang cermat.
  6. Terus menulis, apa pun bahannya.

Problema menulis:

1. Takut memulai

Menulis menjadi pekerjaan yang sangat mudah atau sebaliknya, justru terlalu sukar. Hal ini terjadi karena takut, seperti ketakutan kita saat belajar untuk menaiki sepeda.

Takut juga bisa terjadi karena tuntutan yang tinggi, tidak punya model yang representatif (kurang pengalaman atau justru terlalu banyak, tapi kurang menarik seperti tulisan dalam jurnal ilmiah), takut ditertawakan, takut membuat kesalahan, takut mendapat kritik, tidak menguasai tema, tidak bisa diperbaiki, dll.

2. Tidak tahu kapan harus memulai

Muncul dalam berbagai keluhan, seperti topik apa yang harus dikerjakan, kapan akan mulai mengerjakan, bagaimana cara mengerjakannya.

Penyebab ketidaktahuan ini terjad karena kurang membaca, sehingga tidak tahu masalah yang dihadapi dalam bidang kita atau topik yang menarik. Kemudian penyebab lain, misalnya karena kurang tajam pengamatan terhadap fenomena-fenomena kehidupan di bidang yang kita tekuni.

Cara yang dapat ditempuh, misalnya dengan lebih banyak membaca. Dengan begitu, kita akan tahu masalah apa yang sedang dibicarakan, masalah apa yang penting dan mendesak, masalah apa yang sudah diteliti, masalah yang masih belum tuntas, dan masalah yang belum pernah diteliti.

Kapan mulai menulis perlu diatasi dengan membunuh sifat malas, segera membuat draf/outline, kemudian segeralah menulis. Menunda-nunda artinya lebih sedikit waktu untuk mengedit.

3. Pengorganisasian

Pengorganisasian yang baik akan membuat tulisan mudah diikuti arahnya oleh pembaca, sehingga maksud tulisan pun akan mudah diketahui. Pengorganisasian yang baik juga menunjukkan pola pemikiran yang baik. Kuncinya adalah dengan menemukan pola yang sesuai dengan tema yang sedang dikerjakan.

4. Bahasa

Mengikuti perkembangan bahasa yang ada. Bahasa menjadi wahana berpikir, sehingga perlu lebih serius mempelajari bahasa dan timbul kesadaran untuk berhati-hati saat menggunakan bahasa.

Kesalahan penggunaan bahasa juga menunjukkan kesalahan logika.

Strategi Permulaan Belajar Menulis

1. Menyadari adanya potensi.

Kesadaran akan adanya potensi membuat kita ingin mengembangkan potensi tersebut, tidak sungkan untuk mencoba-coba dan belajar.

2. Strategi Dasar

Rangkaian kemampuan yang diperlukan oleh seorang penulis di antaranya adalah mengingat dan mengapresiasi tulisan yang baik, memahami proses penulisan, mempelajari bagaimana tulisan dimulai, mengorganisasi tulisan, dan menyatukan tulisan.

Agar mampu menerapkan strategi menulis, maka terlebih dahulu perlu mengetahui ciri-ciri tulisan yang baik:

  • Signifikan atau up to date atau aktual
  • Jelas (pilihan kata, struktur kalimat, kata penghubung, orgànisasi ide, contoh)
  • Mempunyai kesatuan dan organisasi yang baik
  • Ekonomis padat isi dan bukan padat kata
  • Mempunyai pengembangan yang memadai (membatasi topik dan membatasi janji)
  • Menggunakan bahasa yang dapat diterima
  • Mempunyai kekuatan

Proses kreatif bagi seorang penulis berbeda-beda, tetapi secara umum adalah:

  • Tahap persiapan (jangka panjang dan pendek)
  • Tahap inkubasi
  • Tahap pencerahan dan penentuan
  • Tahap verifikasi

Tahap Persiapan yang dimaksud di atas meliputi:

  1. Memahami tugas menulis
  2. Menentukan pembacanya: siapa dan kenapa mereka mau membaca
  3. Tujuan: ke mana akan kita bawa dan apa yang diharapkan
  4. Pengumpulan materi

Khusus mengenai pengumpulan materi penulisan, maka metode yang bisa dilakukan adalah:

Dikumpulkan melalui bacaan, melakukan wawancara, atau mendengarkan orang lain. Namun, tantangannya, berbagai bahan tulisan tersebut akan menumpuk yang nantinya akan menyebabkan bahan-bahan tersebut sulit dicari.

Oleh sebab itu, guna mengumpulkan materi perlu metode untuk penggalian informasi, seperti:

  • Menulis
  • Brainstorming
  • Tulisan bebas terarah
  • Diagram pohon
  • Pertanyaan jurnalis 5W + 1H
  • Study pustaka

Pengorganisasian

Tujuan pengorganisasian adalah untuk membantu pemahaman pembaca.

Dalam suatu tulisan, maka pengorganisasian yang buruk akan menyebabkan tulisan:

  • Sulit dipahami
  • Mengganggu pembaca

Para penulis perlu mengetahui, bahwa pembaca adalah raja, sehingga berhak mendapatkan pengalaman sebaik-baiknya.

Strategi pengorganisasian adalah dengan terlebih dahulu membuat rencana yang meliputi beberapa langkah sebagai berikut:

  1. Membuat judul yang merefleksikan isi tulisan
  2. Pembuatan kalimat tesis. Kalimat ini penting untuk memudahkan pembaca mengenali organisasi tulisan dan sekaligus memandu penulis dalam mengembangkan tulisannya.
  3. Pembuatan garis besar ringkasan (outline). Ringkasan garis besar tulisan membantu penulis untuk berpikir secara keseluruhan
  4. Pembuatan abstraksi pendahuluan
  5. Membuat ringkasan bagian demi bagian
  6. Pembuatan daftar kerja (working list).

Pembentukan Kalimat

Tulisan terdiri dari kalimat-kalimat. Oleh karena itu, mengetahui pembentukan suatu kalimat sangat penting. Sebelum itu, perlu diketahui perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulis, sebagai berikut: 

Dalam bahasa lisan, maka kalimat-kalimat yang disusun akan dibantu oleh bahasa tubuh.

Namun, dalam bahasa tulis, beban fungsi komunikasi sepenuhnya ditanggung olek kalimat atau kata-kata. Oleh karena itu, perlu kehati-hatian agar pesan atau informasi yang disajikan dapat diterima pembaca secara benar.

Kalimat efektif

Sebab bahasa tulis sangat bergantung pada kalimat-kalimat, maka penyusunan kalimat yang efektif menjadi mutlak diperlukan. Berikut ini beberapa ciri kalimat yang efektif:

  1. Satu kalimat memiliki satu kesatuan pikiran
  2. Keseimbangan pengungkapan: nomina-nomina, verba-verba dll.
  3. Aspek kehematan, artinya tidak boros kata-kata yang tidak bermakna.
  4. Aspek penekanan: hubungan satu kalimat dengan kalimat lainnya.
  5. Aspek kevariasian: menjaga agar tidak monoton dan pembaca bosan.

Dalam membentuk kalimat, maka perlu diketahui unsur dasar pembentuk kalimat. Kalimat sejatinya adalah rangkaian kata yang mengungkapkan satu pikiran yang lengkap (minimal).

Dalam hal ini, lengkap minimal ditandai adanya subjek dan predikat.

Kalimat dalam bahasa tulis tidak ada yang bebas, akan selalu terikat dengan konteksnya yang lebih luas, seperti paragraf atau subbab.

Penanda Hubungan

Kalimat dalam suatu tulisan tidak bisa berdiri sendiri. Perlu ada penanda hubungan antar kalimat agar diketahui kesinambungan tulisan. Dalam hal penanda hubungan antar kalimat, maka berikut ini beberapa penanda tersebut:

  1. Penjumlahan: dan, serta, lagi, lagi pula, selain, maupun.
  2. Perlawanan: tetapi, tidak/bukan hanya, tetapi/melainkan juga. Perlawanan menyatakan penguatan, perluasan, implikasi.
  3. Pemilihan: atau
  4. Syarat: jika, jikalau, kalau, seandainya, andaikata, andaikan, asalkan, bilamana, apabila,
  5. Sebab: sebab, karena, oleh karena.
  6. Waktu: sejak, semula, sedari, ketika, sambil, waktu, sewaktu, sementara, seraya, tatkala, selagi, sebelum, setelah, seusai, sesudah, begitu, sehabis, selesai, kemudian, sampai, hingga.
  7. Akibat: sehingga, sampai-sampai, maka.
  8. Tujuan: agar, supaya
  9. Konsesif: hubungan tidak bersyarat: sekalipun, walau, walaupun, meski, meskipun, biarpun.
  10. Cara: dengan, cara
  11. Perbandingan: daripada, seperti, ibarat, bagaikan, laksana, sebagaimana
  12. Kenyataan: padahal
  13. Sangkalan: seakan, seakan-akan, seolah-olah
  14. Penjelasan: bahwa
  15. Lebih: bahkan, malahan

Paragraf

Setelah mengetahui kalimat, maka selanjutnya adalah paragraf. Paragraf adalah gabungan dari beberapa kalimat. Paragraf yang baik memiliki ciri: menampilkan kesatuan pikiran, adanya satu gagasan pokok, dan didukung oleh kalimat lainnya.

Manfaat paragraf bagi penulis adalah untuk membantu pengorganisasian dan memusatkan pikiran.

Manfaat paragraf bagi pembaca adalah untuk memahami alur dan arah, tidak capek, serta memusatkan diri pada ide penting.

Syarat paragraf

Agar sebuah paragraf baik, maka harus mengikuti syarat-syarat berikut ini:

  1. Kesatuan: memiliki satu pikiran/satu tema sebagai pengendali/pengontrol
  2. Kelengkapan: memiliki bukti-bukti kualitatif dan kuantitatif.
  3. Koherensi: kepaduan/ kekompakan hubungan satu dengan yang lain. Pemakaian kata ganti, pengulangan yang tepat, ungkapan penghubung yang tepat.
  4. Order/urutan pikiran: ruang, waktu, umum ke khusus, keseluruhan ke bagian-bagian, pertanyaan ke jawaban, sebab akibat, perbandingan dan pertentangan, klasifikasi, definisi.

Selanjutnya, kita perlu mengenal paragraf yang efektif. Suatu paragraf yang efektif memiliki ciri:

  1. Hanya punya satu ide utama
  2. Penjelasan ide utama yang lengkap
  3. Menarik perhatian pembaca
  4. Terorganisasi dengan baik

Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana cara membuat paragraf yang efektif?

Suatu paragraf yang efektif diawali dari pembuatan kalimat topik yang baik. Kalimat topik menampilkan suatu subjek dan sikap penulis terhadap subjek tersebut.

Sebagai contoh, subjek yang ditampilkan adalah 'bencana'. Adapun sikap penulis adalah 'sulit ditanggulangi'. Dari dua hal ini, maka kalimat topik yang muncul adalah: bencana adalah suatu kondisi yang sulit ditanggulangi.

Dalam penyusunan ide utama, maka perlu dibuat sekhusus mungkin. Hal ini perlu dilakukan, karena:

  1. Pembaca lebih memahami topik yang dimaksudkan oleh penulis.
  2. Peluang lebih baik untuk membuktikan sikap/pendirian.
  3. Tubuh paragraf lebih khusus.

Kata atau Frase Transisi

Salah satu tantangan dalam menulis adalah bagaimana menggabungkan antara paragraf yang satu dengan lainnya. Oleh sebab itu, dalam menulis kita mengenal adanya kata atau frasa transisi, sebagai berikut:

  1. Tambahan ide yang sama: kedua, ketiga, juga, akhirnya, selanjutnya, tambahan, lagi pula, berikutnya, di samping itu, demikiam juga
  2. Contoh atau ilustrasi: misalnya, sebagai contoh, sebagai ilustrasi.
  3. Pertentangan: tetapi, di satu pihak, di pihak lain, sebaliknya, namun, walaupun demikian, biarpun, bagaimanapun, meskipun.
  4. Akibat atau hasil: jadi, maka, akibatnya, oleh sebab itu, oleh karena itu, karena itu, dengan kata lain.
  5. Tujuan: supaya, untuk maksud itu, untuk maksud tersebut
  6. Waktu: sesudah itu, sementara itu, beberapa saat berikutnya, kemudian
  7. Singkatan: pendek kata, ringkasnya, pendeknya, secara singkat, sesungguhnya, jelasnya.
  8. Tempat: tidak jauh dengan itu, di sini, di sana, dekat dengan, berdekatan dengan.

Tujuan dari penggunaan kata atau frasa transisi adalah terjadinya koherensi (hubungan yang baik) antar paragraf. Tujuannya, terjadi domino informasi atau kesinambungan informasi dari satu bagian tulisan ke bagian tulisan berikutnya. 

Domino Informasi

Dalam menyusun tulisan, penulis harus mampu menyajikan domino informasi.

Ini adalah kondisi, manakala satu informasi bersambung ke informasi berikutnya. Hasil akhirnya adalah rangkaian informasi yang utuh dan tidak meloncat-loncat.

Dalam menyusun domino informasi, maka seorang penulis dapat mengikuti alur:

Penyajian informasi lama diikuti dengan informasi baru. Pada gilirannya, informasi baru ini akan menjadi informasi lama yang segera diikuti informasi baru. Demikian seterusnya.

Penyuntingan

Rangkaian terakhir dari suatu proses penulisan adalah melakukan penyuntingan. Hal ini diperlukan untuk memeriksa kesalahan, melihat tujuan dan janji penulisan, hingga menambahkan/mengurangi informasi yang disajikan dalam tulisan.

Proses penyuntingan dilakukan, karena:

  1. Seorang penulis tidak menulis dan menyunting secara bersamaan
  2. Hanya penulis yang tahu isi dan arah tulisan

Dalam proses penyuntingan, kita mengenal dua jenis, yaitu penyuntingan isi dan penyuntingan bahasa.

Penyuntingan isi mencakup:

Janji atau tujuan dibuatnya tulisan yang harus dipenuhi oleh seorang penulis

  1. Keutuhan materi tulisan
  2. Organisasi materi tulisan
  3. Ketepatan fakta, ilustrasi, dan contoh

Penyuntingan bahasa mencakup:

  1. Gaya penulisan
  2. Keefektivan dan kecermatan kalimat
  3. Ketepatan pemakaian tanda baca

Daftar Pustaka: Darmadi, K, 1996, 'Meningkatkan Kemampuan Menulis', Penerbit Andi, Yogyakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis untuk Memancarkan Pesan

Menulis Menyampaikan Suara Sang Penyair

Menulis adalah Latihan Tanpa Henti