Cara Menulis Opini di Kompas

Saya mendapatkan pertanyaan dari seorang kawan, ‘Bagaimana cara mengirimkan artikel untuk Opini di Kompas’?


Sebagai gambaran, berikut ini saya kirimkan ulang surat elektronik penolakan dari Kompas untuk artikel yang kita kirimkan. 


Di bagian bawah, Bapak dan Ibu bisa membaca tulisan seperti apa (kriteria) yang diinginkan oleh Kompas.


Namun sebelumnya, ada sedikit catatan, kenapa kita perlu mengirim opini ke Kompas?


Kenapa Perlu Mengirim Opini ke Kompas?


Alasan pertama adalah karena jangkauan Kompas yang meliputi seluruh Indonesia dan dibaca oleh jutaan orang setiap harinya.


Kedua, dengan menulis opini di Kompas, aspirasi atau pendapat kita lebih didengarkan dan memberikan pengaruh/dampak yang luas ke masyarakat. Bahkan, saya pernah membaca, bahwa Presiden pun membaca surat kabar ini. Barangkali, kita bisa memengaruhi beliau saat mengambil keputusan.


Ketiga, di sana bisa menjadi panggung bagi kita untuk menunjukkan keahlian. Sebab menulis dan ditampilkan di Kompas membuat kita sejajar dengan para pemikir terkemuka di Indonesia. Di sana ada guru besar, budayawan, menteri, wakil presiden dan lain-lain.


Apa tantangan Menulis Opini di Kompas?


Opini di Kompas sangat kompetitif dan sulit sekali ditembus karena beberapa alasan. 


Pertama tulisan kita buruk, baik dari segi tata bahasa, ejaan, atau pun logika penulisannya. 


Kedua berkaitan dengan isu, bisa jadi isu yang kita angkat tidak menarik, kadaluarsa, atau tidak memberikan manfaat bagi masyarakat luas (lihat kriteria tulisan/isu di bawah).


Ketiga, hal lain yang tidak bisa kita prediksi, misalnya kebijakan dari redaksi Kompas itu sendiri. Sebagai contoh, beberapa waktu yang lalu saya mengirimkan artikel tentang konflik Kendeng, tapi sepertinya Kompas tidak terlalu suka dengan topik ini.


Lalu apa yang bisa kita lakukan?


Pertama menulis dan menulis terus. 


Kedua, mengirimkannya ke redaksi Kompas. 


Ketiga, menunggu keputusan dari redaksi.


Sedikit Saran


Barangkali pola tulisan berikut ini bisa diterapkan: Problem (What?) -> Solusi (so what?) -> Implikasi (what next?). 


Dan ingat, setelah mengetahui pola, kemudian ditulis dengan luar biasa bagus, topiknya menarik dan aktual, serta bermanfaat bagi masyarakat luas.


Bagaimana kalau ditolak? Jangan menyerah kalau ditolak, saya sendiri sudah sekitar sepuluh kali mengirim baru satu yang lolos hehe.


Semoga bermanfaat.


Btw, berikut ini adalah jawaban dari Kompas ketika tulisan kita tidak diterima:


Yth. Sdr ….


di tempat.


Disertai salam dan hormat,


Kami memberitahukan bahwa pada tanggal 29 Maret 2017 Redaksi Kompas telah menerima ARTIKEL Anda berjudul “….”. Terima kasih atas partisipasi dan kepercayaan yang Anda berikan kepada Kompas.


Setelah membaca dan mempelajari substansi yang diuraikan di dalamnya, akhirnya kami menilai ARTIKEL tersebut tidak dapat dimuat di harian Kompas. Pertimbangan kami,


√ kesulitan mendapatkan tempat


Harapan kami, Anda masih bersedia menulis lagi untuk melayani masyarakat melalui Kompas, dengan topik atau tema tulisan yang aktual dan relevan dengan persoalan dalam masyarakat, disajikan secara lebih menarik.


Untuk kelengkapan administrasi, bila mengirimkan tulisan mohon disertakan pas foto (Abaikan bila sudah pernah kirim). Terima kasih.


Jakarta, 30 Maret 2017


Hormat kami,


Desk Opini Kompas


C A T A T A N :

Kriteria umum untuk ARTIKEL Kompas :

1. Asli, bukan plagiasi, bukan saduran, bukan terjemahan, bukan sekadar kompilasi, bukan rangkuman pendapat/buku orang lain .

2. Belum pernah dimuat di media atau penerbitan lain termasuk Blog, dan juga tidak dikirim bersamaan ke media atau penerbitan lain.

3. Topik yang diuraikan atau dibahas adalah sesuatu yang actual, relevan, dan menjadi persoalan dalam masyarakat.

4. Substansi yang dibahas menyangkut kepentingan umum, bukan kepentingan komuninas tertentu, karena Kompas adalah media umum dan bukan majalah vak atau jurnal dari disiplin tertentu.

5. Artikel mengandung hal baru yang belum pernah dikemukakan penulis lain, baik informasinya, pandangan, pencerahan, pendekatan, saran, maupun solusinya.

6. Uraiannya bisa membuka pemahaman atau pemaknaan baru maupun inspirasi atas suatu masalah atau fenomena.

7. Penyajian tidak berkepanjangan, dan menggunakan bahasa populer/luwes yang mudah ditangkap oleh pembaca yang awam sekalipun. Panjang tulisan 3,5 halaman kuarto spasi ganda atau 700 kata atau 5000 karakter (dengan spasi) ditulis dengan program Words.

8. Artikel tidak boleh ditulis berdua atau lebih.

9. Menyertakan data diri/daftar riwayat hidup singkat (termasuk nomor telepon / HP), nama Bank dan nomor rekening (abaikan bila sudah pernah kirim).

10. Alamat e-mail opini@kompas.co.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis untuk Memancarkan Pesan

Menulis adalah Latihan Tanpa Henti

Menulis Menyampaikan Suara Sang Penyair